Sabtu, 16 Oktober 2010

Refleksi 56 Tahun SMPK Kesuma Mataram

“Tidak berani mengevaluasi diri sama saja dengan omong kosong”, ungkapan ini mungkin tidak berlebihan, karena tanpa evaluasi tentunya kita tidak bisa berbuat sesuatu yang “LEBIH” di masa yang akan datang. Kita akan terjebak pada rutinitas yang sama, tanpa ada penyegaran dan pemaknaan lebih dalam akan karya dan pelayanan kita.
Hal inilah yang melandasi mengapa SMPK Kesuma Mataram mengadakan kegiatan refleksi perjalanan 56 tahun SMPK Kesuma Mataram dalam karya dan pelayanan pendidikan di NTB, khususnya di kota Mataram ini. Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (16/10), bertempat di aula rumah makan Aloha ini, sengaja kami lakukan untuk melihat kembali SMPK Kesuma ini, mengapa jumlah siswa yang masuk ke SMPK dari tahun ke tahun semakin turun ? demikian ditegaskan Sr. Rafaellien, AK, SFk saat membuka kegiatan ini.
Hadir dalam refleksi ini antara lain Ketua Yayasan Insan Mandiri Denpasar Perwakilan Lombok Bpk. A. Nyoman Sukertha, Pengawas Yayasan, Bpk. Drs. Bernardus Sore, beberapa mantan kepala sekolah, seperti Bpk. P.C Ngadiyo, Bpk. E. Djoyo Sumpeno dan juga mantan ketua yayasan Insan Mandiri Denpasar Perwakilan Lombok ( dulu Yayasan Swastiastu ) Bpk. Yakobus Frans serta kepala sekolah, dewan guru dan staf tata usaha di lingkungan SMPK Kesuma Mataram.
Lewat refleksi ini seluruh dewan guru, staf pegawai dan juga kepala sekolah diajak untuk melihat kembali kualitas pelayanan yang sudah berikan. “Setiap warga sekolah harus mengetahui dengan jelas visi dan misi sekolah”, demikian dikatakan Bpk. Bernardus Sore dalam sessi pertama tentang pendidikan di sekolah Katolik. Ada 4 komponen yang harus diperhatikan yaitu : guru, kurikulum, evaluasi dan sarana prasarana. Disamping itu Pak Bernard, demikian biasa beliau disapa, mengatakan bahwa sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa untuk belajar, guru dalam aktivitasnya harus mengedapkan pelayanan kasih, sehingga anak-anak merasa nyaman dan betah untuk belajar. Selain itu kurikulum yang disajikan harus memiliki daya pikat sehingga menjadi “Nilai jual sekolah” pada masyarakat. Guru juga harus memiliki dedikasi tinggi dalam menjalankan profesinya. Selain komponen guru, sekolah juga harus berani mengevaluasi diri, mengetahui dengan pasti kelemahan dan kekuatan sekolah untuk menjadikan sekolah itu lebih maju. Sekolah juga harus menjadi tempat yang nyaman untuk belajar, kebersihan perlu diperhatikan, penyediaan sarana belajar seperti ruang kelas yang nyaman, perpustakaan, laboratorium-laboratorium, sarana internet, juga harus menjadi fokus sekolah untuk menjadikan sekolah itu lebih bermutu. “Tidak perlu berlabel sekolah internasional, tetapi karya dan pelayanan kita harus internasional”, demikian tegasnya.
Sedangkan pada bagian lain, Ketua Yayasan Insan Mandiri Denpasar Perwakilan Lombok, Bpk. A. Nyoman Sukertha mengajak seluruh komponen, dari yayasan, pengawas, kepala sekolah, guru dan staf tata usaha untuk berani mengevaluasi diri. Lewat analisa SWOT, Pak Kertha, demikian beliau akrab disapa, mengajak seluruh komponen SMPK Kesuma untuk mengevaluasi diri, sehingga sesudah ini kita dapat menentukan langkah yang pasti menuju perbaikan mutu karya dan pelayanan kita. “Jangan berhenti pada evaluasi, yang lebih penting membuat sesuatu rencana untuk kita laksanakan dimasa datang”, tegasnya.

Terima kasih sudah menjadi GURU
Demikian di sharingkan Bpk. E. Djoyo Sumpeno dan Bpk. PC. Ngadiyo, mantan kepala sekolah SMPK Kesuma Mataram yang hadir dalam refleksi 56 tahun SMPK Kesuma Mataram. Profesi guru tentunya tidak boleh dipandang sebelah mata. Lewat tangan seorang guru dilahirkan generasi-generasi bangsa yang cerdas dan trampil. guru menjadi ujung tombak dalam pendidikan di sekolah. Menjadi seorang guru juga sebagai sebuah panggilan hidup. “Guru harus menjadi teladan untuk semua”, tegas Bpk. Ngadiyo. Sementara itu Pak Joyo, mengingatkan kita semua akan kekuatan doa. Diawal-awal berdirinya SMPK Kesuma Mataram, semua komponen sekolah, kepala sekolah, guru dan anak-anak diajak untuk berdoa bagi kelangsungan proses belajar mengajar di sekolah ini, bahkan guru-guru yang Katolik diajak berkumpul dan berdoa lewat kegiatan Legio Maria. Pada bagian lain, Bpk. Yakobus Frans, mantan ketua yayasan menegaskan “Sekolah Katolik harus mencirikan pelayanan kasih, bukan hanya pelayanan biasa saja, sekolah Katolik harus memiliki daya pikat”, demikian tegasnya.
Akhirnya semoga lewat refleksi ini, SMPK Kesuma Mataram semakin mampu memberikan pelayanan yang lebih baik, menjadi sekolah yang mimiliki daya pikat yang tetap mengedepankan pendidikan bagi semua orang khususnya bagi yang kurang mampu.

Maju terus SMPK Kesuma Mataram....Kamu PASTI BISA....!!
Green..Green yes...
Kesuma is the best..!!
Kesuma Yess...!!

Mid Praktek Kelas 9 Semester Gasal 2016

Soal : 1. Sebutkan beberapa layanan yang ada di internet, kemudian jelaskan ! 2. Jelaskan cara pembuatan email Jawaban diketik di MS Wor...