Kamis, 28 Januari 2010

Yogya…..Sejuta Kenangan Jadi Satu


“If you don’t’t learn, you will die”…..Sebuah ungkapan yang memberi makna bahwa belajar seperti energi bagi kehidupan. Banyak orang mati ( kreatifitas, idealisme, harapan juga mimpi-mimpinya ) karena tak menghayati filosofi ini.Belajar nestinya menjadi kebutuhan, suatu keharusan untuk menjadikan hidup lebih bermakna.
Dengan mengusing tema “Meningkatkan kompetisi guru” dan meningkatkan profesionalisme yang bermuara pada memberikan pelayanan terbaik, maka pada tgl 28 Desember s/d 3 Januari yang lalu, sebuah agenda besar di akhir tahun 2009 digelar, study banding dengan memilih 2 sekolah favorit langsung di jantung pendidikan Nasional kita, Yogyakarta.
Yogyakarta, kami datang!!!!
Bukan tanpa alasan, karena parameter pendidikan di republik ini masih berkiblat pada sekolah-sekolah terbaik di Jawa. Diharapkan dengan kunjungan singkat di kota Gudeg ini para guru mendapatkan sesuatu yang bermanfaat, minimal adalah ispirasi untuk meningkatkan kinerja.
Diantara oleh-oleh hasil berburu di Malioboro, cerita tentang Hening kontenplatif Sendangsono dan Gua Maria Tritis, decak kagum akan kemegahan Borobudur dan Prambanan, gemulai penari cantik dalam sendratari Ramayana dan kenangan kebersamaan manis lainnya, ada pertanyaan besar yang harus terjawab: “Apa pengalaman yang berharga yang bisa di petik dari pengalaman ku kali ini”
Oleh-oleh “Made in Yogya”
Dari dua sekolah yang dikunjungi, penulis mencatat hal-hal berikut yang layak jadi bahan refleksi pertama, mereka ( SMP Pangudi Luhur dan SMP Santa Maria Imaculata ) menjadi besar karena mengedapankan kedisiplinan dan kerjakeras. Sesuatu yang sebenarnya menjadi milik kita juga, namun belum maksimal kita lakukan. Ada yang secara sitemik di tanamkan pada warga sekolah dan diiktui dengan segenap kepatuhan. Ada keteraturan yang tidak dipaksakan namun di hayati karena akan melahirkan harmoni. Ini “mungkin” yang perlu kita bangun dan tingkatkan.
Kedua, perasaan ”memiliki” sekolah. Semangat yang dilandasi oleh “Self Of Belonging” tampak nyata pada kedua sekolah tersebut ,contoh konkrit, kedua sekolah tersebut tampak asri karena tak ada coratan pada meja atau bangku belajar di kelas, semua tertata rapi. Sekolah jadi komunitas dimana setiap orang menyadari sungguh tugas dan tanggung jawabnya.
Ketiga, kegiatan extra dengan berbagai ragam kegiatan non akademis diikuti siswa dengan kesungguhan dan siswa-siswi berusaha mengukir prestasi dan mengeksplore potensi diri, sekolah memfasilitasi dan mengapresisasi kreatisfitas siswa dengan menampilkannya lewat event yang ada di sekolah untuk hal tersebut kita perlu memprogramkan dan menjadikannya kegiatan rutin dalam program OSIS. Dengan demikian tersedia ruang dan waktu yang cukup bagi yang unjuk kebolehan dan eksprisi diri.
Para spyker,zZ…ada beitu banyak hal yang dibisa ditulis dan layak untuk kita tampilkan, namun dalam rubric kecil ini rasanya tidak cukup, untuk menuliskan semua itu. Namun….jika harus menyimpulkan dalam suatu kalimat, maka semua akan terungkap dalam ungkapan :
“Sebuah langkah kecil untuk suatu perubahan adalah lebih baik daripada rencana besar dalam angan-angan”
Itulah sedikit oleh-oleh dari kota “Pelajar” Yogyakarta…..
kalau boleh meminjam kata DAGADU…”Kapan ke Yogya lagi ?” sebuah ungkapan rindu yang pantas terucap untuk sejuta kesan yang boleh terugkap. ( HY)

Tidak ada komentar:

Mid Praktek Kelas 9 Semester Gasal 2016

Soal : 1. Sebutkan beberapa layanan yang ada di internet, kemudian jelaskan ! 2. Jelaskan cara pembuatan email Jawaban diketik di MS Wor...